Kamis, 18 Desember 2014

Baju baru

Sementara itu Roy salah seorang pedagang pakaian bekas di Pasar Senen mengatakan  sekitar 20 persen pedagang memutuskan beralih dengan menjual pakaian baru

"Karena omzet pakaian bekas turun, saya beralih menjual pakaian baru, penjualan dan keuntungannya lumayan," katanya.

Boy sengaja menjual pakaian baru karena biasanya menjelang lebaran orang lebih banyak memilih membeli baju baru.

"Tetapi untuk jaket, pembeli masih tetap mencari pakaian bekas karena  kualitasnya cukup bagus walaupun kondisinya tidak baru dan  harganya murah," ujarnya.

 Ia pun mengakui pascakebakaran penjualan menurun, apalagi di lokasi penampungan sementara lapak yang disediakan ukurannya kecil hanya 1,5 x 1,5 meter.

"Dulu kalau mau belanja pakaian bekas orang datang ke Pasar Senen, sekarang dimana-mana sudah ada jadi tidak terpusat lagi," kata dia yang sudah berjualan di Pasar Senen sejak 2002.

Pasar senen yang  penuh oleh aneka pakaian yang dijual dengan harga murah. Selain baju, Anda juga bisa menemukan celana, jaket, baju kerja, hingga gaun malam dan gaun pengantin! Ada pula beragam aksesori mulai dari tas, jam, kacamata, sepatu, sandal, dasi, topi, hingga gordyn cantik untuk rumah.


Penulis : Umar Zulkarnain

Biaya operasional mahal

Penjualan pakaian bekas di Pasar Senen, Jakarta, mengalami penurunan hingga 80 persen dibandingkan waktu yang sama pada tahun lalu pasca kebakaran.

"Sejak Pasar Senen terbakar penjualan hancur, dulu satu hari bisa sampai Rp1 juta per hari, sekarang cuma Rp200 ribu," kata pedagang pakaian bekas bapak ali di Pasar Senen, Jakarta

Hingga menjelang siang hanya sejumlah kios pakaian bekas yang dikunjungi pembeli, selebihnya hanya satu dua orang saja yang lewat.

Sementara, sejumlah pedagang tampak memainkan telepon seluler dan mengobrol dengan sesama pedagang lainnya sambil sesekali menyapa calon pembeli. 

Ia mengatakan pascakebakaran yang menghanguskan Blok III Pasar Senen pada 25 April, sekitar 2.000 pedagang pakaian bekas dipindahkan ke lokasi penampungan sementara di depan Blok III.

Menurut bapak ali, kondisi pedagang pun makin tertekan dengan biaya operasional yang harus dibayar setiap harinya.

"Dalam satu hari kami harus bayar biaya penitipan barang  Rp15 ribu per bal, sewa lokasi Rp40 ribu, uang kebersihan Rp5 ribu dan biaya listrik Rp150 ribu per bulan," ujarnya.

"Bisa dibayangkan penjualan saat ini rata-rata hanya Rp200 ribu, terkadang kurang, ibarat kata sudah jatuh tertimpa linggis pula pedagang di sini," katanya menceritakan keprihatinan yang dialami.

Bapak ali merupakan salah seorang pedagang yang kiosnya ikut terbakar dan mengalami kerugian sebesar Rp300 juta karena tidak ada satu pun dagangan yang bisa diselamatkan.

Untuk berdagang kembali ia harus mulai dari nol dengan menjual kaus layak pakai yang diambil dari grosir dengan harga Rp25 ribu hingga Rp50 ribu.



Penulis : Umar Zulkarnain

Selasa, 16 Desember 2014

Tanggapan Masyarakat Tentang Maraknya Para Pengemis Dan Pengamen

Jakarta, Lopuss.blogspot.com – Sumiyati (51) adalah masyarakat yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang tinggal sekitar perkotaan ibukota jakarta tepatnya di cakung, jakarta timur. Dia pun mengatakan “merasa resah dengan adanya pengemis dan pengamen yang meminta – minta dan mengamen di depan rumahnya karena menggangu kenyamanan”.
Dan ibu sumiyati pun mengatakan berharap kepada pemerintah “agar pemerintah menciptakan lapangan kerja baru supaya pengangguran berkurang yang akhirnya kesejahteraan masyarakat akan lebih baik” (15/12/2014)


Penulis : Sigit Dimas Pamungkas

Pengamen Pun Juga Ingin Bekerja, Bukan Mengamen Seperti Ini

Jakarta, Lopuss.blogspot.com – Jono (42) yang setiap hari mengamen di bus – bus kota, terminal, dan sekeliling kampung. Dia pun sudah sekitar 2 tahun berprofesi sebagai pengamen. Dari penghasilan mengamen pun masih belum cukup untuk kehidupan sehari – hari.
Lalu mengapa Pak Jono lebih memilih profesi sebagai pengamen, Jono pun berkata “sebetulnya bukan memilih, saya sih pengennya jadi wiraswasta atau dagang, iya karena saya tidak punya modal jadi terpaksa saya ngamen dulu, dulu saya juga sebetulnya pernah bekerja juga di sebuah pabrik garmen karena perusahaannya failed jadi saya di PHK”.
Dan harapan Jono pun berharap “pemerintah bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru dan supaya saya bisa bekerja lagi” ujarnya (15/12/2014)


Penulis : Sigit Dimas Pamungkas

Senin, 15 Desember 2014

MASYARAKAT MASIH TERGANGGU

Jakarta, LOPUSS.BLOGSPOT.COM - Ati adalah masayarakat yang tinggal di sekitar perkotaan Ibukota jakarta tepatnya di Jatinegara Kaum Rawamangun.
Saat di tanya, Bu ati pun menuturkan bahwa dirinya sempat kerepotan beraktifitas di karenakan tepat di jalan raya depan rumah nya ramai sekali dengan motor motor yang di tilang
“Saya sempet kerepotan mau lewat soalnya banyak motor yang di parkir dia tilang” Tuturnya.

Warga sekitaran Jatinegara Kaum merasa sedikit terganggu karena aktifitas razia yang membuat kemacetan di sekitaran daerah tersebut.
namun sebagian besar warga pun bersikap positif dan realistis menghadapinya.

Gideon Nugroho

Fakta Masyarakat Edy 'Gay' Supriyadi Berprofesi Jadi Konsultan Tenaga Kerja

 Edy Supriyadi (50) tewas dengan tubuh penuh luka tusuk di kamar indekosnya di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Sehari-hari Edy berprofesi sebagai konsultan tenaga kerja.

"Pekerjannya konsultan. Edy ini kerja setiap orang yang mau nyari kerja harus melewati wawancara. Selain konsultan korban juga pemilik kantor Agency job seaker," ujar masyarakat sekitar.

Tersangka pembunuhan, GP diketahui datang ke kos meminta kejelasan atas pekerjaan yang pernah ditawarkan Edy. Bukannya menjelaskan sesuai dengan profesinya, Edy malah meraba-raba GP.

"Awalnya tersangka disuruh datang (ke kos) untuk mencuci baju. Namun sesampai di kamar Edy, tersangka malah disuruh
mandi dan ganti baju dan celana pendek. Tersangka tidak melawan saat dipeluk, tetapi saat kemaluan (GP) dipegang, tersangka memberontak," kata masyarakat sekitar yang mengetahuinya

Di sinilah terjadi keributan. Saat itu, GP berusaha melarikan diri. Namun Edy ternyata sudah lebih dulu mengunci kamarnya.

Polisi sendiri tahu soal penyakit kelainan seksual Edy berdasarkan keterangan pihak keluarga. Tanpa menutup-tutupi, mereka mengakui Edy memang 'berbeda'.

"Keterangan keluarga, korban ini Gay," ujarnya.

"Mayoritas korbannya masih muda, dan ada banyak," tutupnya.

Penulis : Alicia Putri

Tanggapan Ketua RT Tentang Pembunuhan Gay Edy Supriyadi

Jakarta, Lopuss.Blogspot.com - Polisi berhasil menangkap pembunuh pria gay, Edy Supriyadi yang tewas penuh luka tusuk di kamar indekosnya di Cempaka Putih. Pembunuh Edy diciduk di Tegal, Jawa Tengah.

"selama GP tinggal di sini, dia jarang sekali bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, seandainya ketemu,hanyalah bertegur sama saja”ujar ketua RT

Tentu dengan adanya pembunuhan ini membuat masyarakat menjadi resah dan terganggu. Menjadi lebih berhati-hati mengenal orang di jejaring social.

Ini menjadi beban untuk ketua RT lebih meningkatkan dan mengetahui setiap masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar agar tak terulang kembali kejadian seperti ini.

Sempat terdengar keributan di dalam kamar kost Edy pada malam itu,
 Saat itu, GP berusaha melarikan diri. Namun Edy ternyata sudah lebih dulu mengunci kamarnya.

"Kuncinya itu sudah disimpan oleh korban, tersangka panik kemudian mengambil barang yang ada untuk perlawanan. Tersangka mengaku melihat pisau dan langsung ditusuk ke hulu hati korban," tuturnya.

Lantaran tak memiliki tenaga, Edy pun jatuh terkulai. Ketika itu tersangka GP kembali menusuk secara babi buta.

"Tersangka kemudian melarikan diri sambil membawa barang-barang korban. Sejauh ini motif murni pembunuhan," tutupnya.

Penulis : Alicia Putri